Lombok
Sasak – Dewasa ini, sulit sekali menemukan anak-anak bermain Gangsing
dan masih banyak lagi permainan tradisional lainnya yang sudah jarang kita
temukan di Gumi sasak Lombok. Sebaliknya, sangat mudah menemukan anak-anak atau
bahkan orang dewasa yang mungkin ‘masa kecilnya kurang bahagia’ kini bermain
Play Station, Game Online dan mainan modern lainnya. Tapi tidak bisa dipungkiri
ini adalah dampak moderenisasi dan kemajuan zaman. Jika ditelusuri ke berbagai
pelosok di Lombok, fakta menunjukan bahwa memang belum sepenuhnya permainan tradisional
ini punah, namun semakin menurunnya kuantitas para penggemarnya menjadi ancaman
tersendiri kedepannya bagi permainan yang syarat dengan nilai budaya dan
manfaat ini.
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas mendefinisikan:
Gangsing adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan berkesetimbangan pada suatu titik. Gangsing
merupakan mainan tertua yang ditemukan di berbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali. Selain merupakan mainan
anak-anak dan orang dewasa, gangsing juga digunakan untuk berjudi dan ramalan nasib.
Sebagian besar gangsing dibuat dari kayu,
walaupun sering dibuat dari plastik, atau bahan-bahan lain. Kayu
diukir atau dibebet dan
dibentuk hingga menjadi bagian badan gaangsing. Tali gangsing umumnya dibuat dari nilon,
sedangkan tali gangsing
tradisional dibuat dari kulit pohon. Panjang tali gangsing berbeda-beda
bergantung pada panjang lengan orang yang memainkan.
Gerakan gangsing berdasarkan efek giroskopik. Gangsing biasanya
berputar terhuyung-huyung untuk beberapa saat hingga interaksi bagian kaki
(paksi) dengan permukaan tanah membuatnya tegak. Setelah gangsing berputar
tegak untuk sementara waktu, momentum sudut dan efek giroskopik berkurang sedikit demi
sedikit hingga akhirnya bagian badan terjatuh secara kasar ke permukaan tanah.
Permainan ini dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa.
Biasanya, dilakukan di pekarangan rumah yang kondisi tanahnya keras dan datar.
Permainan gangsing dapat dilakukan secara perorangan ataupun beregu dengan
jumlah pemain yang bervariasi, menurut kebiasaan di daerah masing-masing. Permaian
gangsing mengajarkan keapada kita bagaimana kita dituntut untuk bermain tidak
curang dan harus mengukiti aturan-aturan yang siduh ditetapkan.
Beragam nama gangsing
Sejumlah daerah memiliki istilah berbeda untuk menyebut gangsing.
Masyarakat Jawa Barat
dan DKI Jakarta
menyebutnya gangsing atau panggal. Masyarakat Lampung
menamaninya pukang, warga Kalimantan Timur menyebutnya begangsing,
sedangkan di Maluku disebut Apiong dan di Nusatenggara Barat dinamai Maggangsing.
Hanya masyarakat Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat, Tanjungpinang dan Kepulauan
Riau yang menyebut gangsing. Nama maggangsing atau aggangsing
juga dikenal masyarakat Bugis di Sulawesi
Selatan. Sedangkan masyarakat Bolaang
Mongondow di daerah Sulawesi
Utara mengenal gangsing dengan nama Paki. Orang Jawa Timur
menyebut gangsing sebagai kekehan. Sedangkan di Yogyakarta,
gangsing disebut dengan dua nama berbeda. Jika terbuat dari bambu disebut gangsingan,
dan jika terbuat dari kayu dinamai pathon.
Bentuk gangsing
Gangsing memiliki beragam bentuk, tergantung daerahnya. Ada
yang bulat lonjong, ada yang berbentuk seperti jantung, kerucut, silinder, juga
ada yang berbentuk seperti piring terbang. Gangsing terdiri dari bagian kepala,
bagian badan dan bagian kaki (paksi). Namun, bentuk, ukuran dan bagian gangsing
berbeda-beda menurut daerah masing-masing. Gangsing di Ambon (apiong) memiliki
kepala dan leher. Namun umumnya, gangsing di Jakarta dan Jawa Barat hanya
memiliki bagian kepala dan paksi yang tampak jelas, terbuat dari paku atau logam.
Sementara paksi gangsing natuna, tidak nampak.
Cara
memainkan gangsing, tidaklah sulit. Yang penting, pemain gangsing tidak boleh
ragu-ragu saat melempar gangsing ke tanah. Cara:
- Gangsing di pegang di tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang tali.
- Lilitkan tali pada gangsing, mulai dari bagian paksi sampai bagian badan gangsing. lilit kuat sambil berputar
http://id.wikipedia.org/wiki/Gangsing